Minggu, 01 Maret 2015

Kemarin, aku sempat ngadain lomba menulis. Yah, cuma iseng-iseng aja. Aku telah memilih 3 pemenang. Sesuai janjiku, cerita pemenang akan 'nongol' di blogku.
Berikut ceritanya...

Juara 1 :
Zaidah Maulidina

Let It Rain
“I’ll be back.” Bercampur aduk rasanya saat aku mulai menapaki anak tangga kapal pelni Dorolonda yang akan kutumpangi ini. 22.30. Masih setengah jam lagi menuju waktu keberangkatan. Cuaca malam ini sepertinya baik-baik saja. Bulan purnama membulat putih sempurna di tepi langit. Gugusan bintang tersebar luas dengan kerlipnya yang indah, walau hanya satu-dua yang terlihat jelas. Aku berdiri di pinggiran dek kapal, melihat para kelasi kapal mengangkut barang bawaan penumpang dari bibir pelabuhan ke dalam bagasi kapal. Masih banyak barang yang belum dinaikkan. Tetapi tak banyak penumpang yang mengantri di tangga untuk pengecekan tiket. Mungkin sudah di kabin masing-masing. Angin berhembus kencang, membuatku harus memegangi kerudungku yang berkibar. Angin malam dan bau khas air laut seakan menahanku di dek kapal, tak ingin beranjak menuju kabin atau manapun. Dua puluh menit berlalu. Sudah tak ada lagi penumpang yang mengantri masuk kapal. Beberapa penumpang keluar dari kabinnya untuk merasakan angin di dek kapal sepertiku. “POOOOONGG!!” salah seorang kelasi membunyikan bel. Kapal Dorolonda jurusan Balikpapan-Surabaya siap berangkat. Aku yakin tak lama lagi para penumpang sudah mendekam dalam dek masing-masing dan terlelap. Atau terkapar lemas karena mabuk laut. Ini perjalanan pertamaku sendirian. Ya, aku akan merantau untuk menuntut ilmu di kota yang lebih besar, tentu saja. Orang tuaku mendaftarkan putri sulungnya ini ke sebuah universitas berasrama. Sulit dibayangkan, bagaimana aku bisa hidup disana. Kapal sudah menjauh dari pelabuhan kurang lebih 12 kilometer. Aku berjalan-jalan santai di geladak kapal menuju kabin kecilku untuk merapikan barang-barang. Kapal ini akan membawaku ke Surabaya, dan aku akan berada di lautan untuk tiga hari kedepan. Aku kembali ke geladak, duduk di kursi panjang yang telah disediakan. Ombak berderu kencang, bersama tiupan angin yang tak henti-hentinya mengibarkan kerudungku. Sudah larut malam, tetapi rasa kantuk belum menghampiriku. Aku menoleh ke belakang, berharap di belakang sana masih terlihat kota kelahiranku – yang sebenarnya tak ingin kutinggalkan. Tapi harapanku tak membuahkan hasil. Sejauh mata memandang hanya ada kegelapan. Malam ini purnama, artinya air laut sedang pasang naik. Di geladak ini hanya ada aku dan beberapa awak kapal yang sedang berpatroli jaga malam. Sepi. Mungkin para penumpang lain sudah terlelap. Aku memejamkan mata dan mendengarkan suara air laut. Berirama dan menenangkan. Teringat aku pada tujuanku di kapal ini. Aku akan pergi. Jauuuh dari kampung halamanku. Meninggalkan Bapak, Ibu, dan adik-adikku. Serta teman-teman seperjuanganku. Aku berjanji pada mereka akan bersungguh-sungguh menuntut ilmu di kota besar lalu kembali. Samar-samar terasa perih di hati. Aku disini sendirian. Di tengah lautan yang dalam, menjauh dari rumah. Di saat-saat seperti ini aku merasa ingin pulang, kembali ke pelukan Ibu. Padahal baru saja kapal meninggalkan kota Balikpapan. Aku pergi merantau. Belum genap dua puluh empat jam, aku sudah rindu kawan-kawan. Hufff… Bagaimana nanti aku bisa hidup di kampung orang? Bagaimana rasanya tinggal di asrama? Sendirian? Ya, pikiranku mulai melayang membawa bayangan-bayangan yang semakin memperburuk suasana. Malam ini butiran air mataku berhasil membebaskan diri. Kubiarkan saja, tidak kuseka. Mengapa aku harus pergi? Mengapa aku bersedia untuk pergi? Apa yang membawaku pergi? Mengapa mereka mengikhlaskanku pergi? Sebenarnya itu tak perlu ditanyakan lagi. Aku menghujam diriku dengan beribu pertanyaan semacam itu. Aku sudah tahu jawabannya. Semakin banyak pertanyaan dan jawaban, semakin deras air mataku. “GLEGAARRRR!!” Kubiarkan saja petir menyambar. Ombak meninggi dan semakin keras. Kapal terombang-ambing di tengah lautan. Di saat-saat seperti ini, semakin deras saja air mataku. Rintik-rintik hujan mulai turun dan membasahi geladak kapal. Aku tetap duduk disini. Biarlah kerudung dan pakaianku basah diguyur hujan. Awak kapal yang berpatroli sudah bersiap mengenakan jas hujan sejak petir menyambar tadi. Beberapa turun ke lantai dasar kapal untuk mengecek mesin. Aku tidak peduli. Tapi entahlah, mereka menyadari kehadiranku disini atau tidak. Aku masih ingin menangis. Semakin deras saja air hujan yang turun. Begitu pula air mataku. Tak henti-hentinya aku menangis. Mengingat masa lalu, dan apapun itu yang membuatku semakin ingin pulang. Flashback tentang hal-hal yang lalu. Aku jadi teringat nasehat petuah di kampungku, “Hidup ini harus terus berjalan. Bagaikan roda, hidup ini terus berputar. Seperti air, hidup ini terus mengalir. Terkadang deras, terkadang pelan. Air terus mengalir dan berganti. Setiap tetes air tentulah berbeda. Sama seperti kehidupan kita. Terus berjalan. Orang-orang datang silih berganti. Ada kelahiran, ada pula kematian. Terkadang kita merasa kehilangan, tetapi jika kau berani maju ke depan, kau akan menemukan pengganti yang baru. Terkadang kita merasa rindu, tetapi jika kau sanggup melaluinya, kau adalah pribadi yang hebat, Nak.” Aku terdiam. Walau air mata terus mengalir dari sudut mataku, aku mencoba ikhlas dan meluruskan kembali niatku berlabuh dalam kapal ini. Biarlah hujan masih mengguyur lautan. Biarlah air mata masih menghujani pipiku. Let it rain. Aku mencoba tenang dan berjalan menuju kabinku. Mengganti pakaian basah dengan yang kering, mencuci muka dan mengusap mata merahku. Dan mencoba tidur untuk menyambut esok pagi. 

Juara 2 :
Laila Karima

 Dialog Pagi
 “bunda,aku mau tanya.boleh gak? ”tanya Rafa. “boleh.”jawab bunda. “kapan ayah bangun tidur?”tanya Rafa dengan lugu. “bunda juga tidak tahu.”jawab bunda sambil tertawa. “padahal sekarang sudah jam tujuh lewat. Memangnya,ayah tidak kerja?”tanya Rafa lagi. “hari ini hari minggu Rafa.”kata bunda dengan gemas. “memangnya ayah sudah shalat subuh?”tanya Rafa lagi. “sudah.ayah shalat subuh lalu tidur lagi.”jawab bunda. “Ayah sudah sarapan belum?”tanya Rafa lagi. Dia dan bunda sudah sarapan . sedangkan ayah...tidak tahu sudah makan atau belum. “daripada kamu bertanya terus sama bunda,mendingan kita tanya ayah aja yuk!”usul bunda pada Rafa. “tapi,,ayah kan masih tidur.”kata Rafa. “kita bangunkan ayah saja.setuju?!”tanya bunda. “setuju!!!!!”jawab Rafa. Rafa dan bunda pun mengendap-endap masuk ke kamar ayah. Mereka bermaksud untuk mengagetkan ayah. Sesampainya di kamar ayah, terlihat ayah sedang berbaring di kasur sambil mendengkur. Melihat itu,Rafa tertawa kecil. “Rafa,nanti bunda hitung dari satu sampai tiga. Dalam hitungan ketiga,nanti bunda sama Rafa kagetin ayah. Oke?”kata bunda sambil berbisik. “oke,oke,oke.”kata Rafa. “satu” “dua” “tiga” “ayah bangun!!!!!!!”jerit bunda dan Rafa. “wak,,wak,waaa....!!!”ayah pun terkejut. Sampai ayah jatuh dari tempat tidur. “aduh,kenapa ayah dibangunin sih..?”tanya ayah sambil memegang pundaknya. “Rafa itu ngebangunin ayah karena Rafa pengen tahu ayah sudah sarapan belum.” Jawab Rafa. “ayah belum makan Rafa.”kata ayah. “nah,sebagai ganti karena Rafa sudah mengagetkan ayah. Rafa harus temani ayah ke ruang makan.”sambung ayah. “Berarti bunda nemenin juga dong.”kata Rafa. “lho,bunda kan udah keluar dari kamar. Apa kamu gak liat bunda keluar dari tadi.” Jelas ayah. “kalau gitu,ayo kita ke ruang makan.”kata Rafa sambil menarik lengan ayah menuju ke ruang makan. Di ruang makan terlihat ada bunda. Bunda sedang membereskan piring-piring kotor di meja makan. lalu menaruhnya di tempat cucian piring. Rafa pun langsung bertanya pada bunda. “bunda kapan keluar dari kamar ayah?” “setelah ngagetin ayah,bunda langsung ke ruang makan. Memangnya Rafa gak lihat kalau Bunda keluar dari kamar ayah?”kata bunda balik bertanya. Rafa pun langsung menggelengkan kepalanya. Setelah mendengar jawaban Rafa itu, Bunda pun kembali mengerjakan pekerjaannya. Sementara itu ayah sedang makan di meja makan. Ayah makan dengan menggunakan nasi,sayur sop,dan juga tempe goreng. Saat sarapan juga,Rafa dan bunda makan dengan menu yang sama. Ayah terlihat sangat lahap makannya. Rafa pun mengambil kursi didekat meja makan,lalu menaruhnya di dekat ayah,terus Rafa duduk deh. “ayah sudah baca doa belum?”tanya Rafa. “sudah lah.”kata ayah. “doanya harus doa sebelum makan. Bukan doa keluar rumah ya ayah.”kata Rafa diselingi derai tawanya. “ngapain juga ayah bacanya doa keluar rumah,paling nanti ayah cuma didalam rumah lalu tidur.sambil mendengkur pula.”sambung bunda. “betul itu bunda.”kata Rafa. Hahahahaha,bunda dan Rafa tertawa. Sedangkan ayah masih berurusan dengan makanannya. “aaaaakkkk....”ayah mengeluarkan sendawa yang sangat besar. Bunda dan Rafa pun Tambah geli dan terus tertawa, “Rafa sudah mandi belum?” tanya ayah. “Sudah dooong. Rafa dan bunda sudah mandi dari tadi. Kalau ayah sudah mandi belum?”Rafa balik bertanya pada ayah. “ya sudahlah masa ya sudah dong,durian aja dibelah masa dibedong.”jawab ayah. “paling belum mandi.”kata Rafa. “ayah itu sudah mandi sebelum Rafa bangun.”kata ayah lagi. “sudah,sudah. Ayah mau tidur dulu.”sambung ayah. “selamat tidur ayah.”kata Rafa dan bunda. Mereka berdua pun tertawa terbahak-bahak saat ayah masuk kedalam kamar lagi untuk beejumpa dengan mimpi nya.

Juara 3 :
Jihan Fatin Azzahra

 Happy Birthday, Aurell! 
Namaku Aurellia Qonita, biasa dipanggil Aurell. Aku bersekolah di Daria School, dan duduk di bangku kelas 6.
Aku terbangun dari tidurku dan bergegas mandi. Setelah mandi, aku memakai seragam
sekolahku. Setelah itu, aku melihat kalenderku, dan upps..... betapa terkejutnya aku. Hari ini, tepatnya tanggal 21 juli, aku akan berulang tahun yang ke-12. Aku sangaat senang sekali. Tahun lalu, keluargaku menaruh kado di depan kamarku, dan ada tulisan: HAPPY BIRTHDAY AURELL. Namun, kali ini aku tak bisa menebaknya.
Aku segera menyisir rambutku, dan memakai bedak sedikit. Lalu, aku pergi keluar kamar, daaaan tidak ada apa apa.
Hemm, mungkin nanti, di ruang makan, batinku
Aku pun pergi ke ruang makan. Disana, sudah ada Mama dan Kak Hani. Papaku, sedang ada urusan bisnis di luar negeri selama 1 minggu.
"Pagi Ma, Kak"sapaku
"Pagi. Ini sarapannya"jawab mama, lalu memberikanku roti selai coklat dan susu.
"Ngg, Ma, hari ini hari apa ya?"tanyaku pura pira tidak tau.
"Hari Rabu sayang, ada apa?"tanya mama lagi
"Ooh, tidak ada apa apa"jawabku
"Haa? Oh iya, ini hari Rabu ya?"tanya Kakakku sambil menepuk jidatnya. Kupikir, ia ingat hari ulang tahunku, tapi ternyata...
"Aku kan harus ngembaliin novel yang kupinjam dari perpustakaan. Aduuh, kok bisa sampai lupa ya?"kata kakakku lalu pergi ke kamarnya dan membawa sebuah novel.
Hhhh, menyebalkan. Aku pun memakan sarapanku, dan pamit pada mama. Aku mengambil sepeda pink ku dan berangkat ke sekolah. Setelah sampai, aku memakirkan sepedaku, lalu pergi ke kelas.
"Hai Aurell"sapa Fani, sahabatku
"Hai juga Fan"jawabku
"Hello, Aurell"sapa Rara tiba tiba
"Eh, halo juga Ra"kataku
"Eh temen temen, hari ini hari apa ya?"tanyaku
"Hari ini, ngg,, hari Rabu"jawab Rara dan Fani
"Ooh, iya. Hehe, aku lupa"kataku. Hhh, bahkan sahabatku juga tidak mengingat hari spesialku.
Tak lama kemudian, bel berbunyi. Aku duduk bersama Vira, sementara Rara duduk bersama Fani. Kami memulai pelajaran, hingga waktu istirahat tiba. Aku pun menghampiri Rara dan Fara.
"Far, Ra, kita ke kantin yuk"ajakku
"Sori Rell, kamu sendirian aja, kita mau ke perpustakaan"jawab Rara
"Ooh, yaudah aku temenin"kataku
"Gak usah, kamu ke kantin aja, sana. Bye"kata Fara lalu pergi meninggalkanku.
Aku ke kantin lalu membeli kentang goreng dan pergi ke taman. Aku memakannya dan duduk diam. Biasanya, aku selalu nermain bersama Rara dan Fara, saat istirahat. Tapi, sepertinya mereka tidak menghiraukan aku. Aku pun kembali ke kelas, karena bel masuk sudah berbunyi. Saatnya pelajaran yang kusuka, IPA.
"Baik anak anak, silahkan buka halaman 57, dan kerjakan, 15 menit ya"perintah Mrs. Hana
Semua murid, termasuk aku pun mengerjakannya. 15 menit kemudian, semua murid sudah selesai.
"Baiklah, untuk pr kalian,buat sebuah kliping tentang tumbuhan. Berkelompok ya. Karena murid disini ada 20, maka 1 kelompok ada 4, oke?"kata Mrs. Hana. Kami pun langsung mencari teman untuk berkelompok. Aku segera menghampiri Fara dan Rara.
"Ra, Far aku sekelompok sama kalian ya?"tanyaku
"Maaf ya, kami sudah pas 4 orang. Kamu sama yang lain aja" kata Fara ketus.
Aku pun mengangguk sedih, dan akhirnya berkelompok dengan Sissy, Vira, dan Sasa. Aku sangaaat sediiiiih sekali. Fara dan Rara tidak lagi menganggapku sebagai sahabat mereka. Terlebih lagi, mereka juga tidak mengingat hari ulang tahun ku.
Saatnya pulang. Aku piket dulu sebelum sekolah. Setelah itu, aku pun pulang.
Aku pulang sendirian. Padahal, biasanya aku pulang bersama sahabatku, Fara dan Rara. Mungkin, aku harus mencari sahabat baru lagi. Tak terasa, aku sudah sampai di rumah. Aku melepas sepatu dan masuk ke dalam rumah. Rumah kosong, tidak ada siapa siapa.
"Ma! Kak! Mbak!"teriakku memanggil mereka.
Karena tidak ada jawaban, aku mencari mereka. Dapur, ruang keluarga, kamar, hingga kamar mandi aku telusuri. Namun, hasilnya nihil. Aku bergegas ke kebun belakang. Saat aku mau membuka pintu kebun itu, tiba tiba,
"HAPPY BIRTHDAY AURELL!"teriak semua orang yang ada di kebun itu. Kau tahu?
Kebun itu dihiasi pita dan balon. Ada banyak teman teman temanku, Rara dan Fara, Mama, Kak Hani, dan seorang pemuda yang sangat kukenali sebagai...
"Papa!"kataku dan langsung memeluk Papaku.
"Sebenarnya ada apa sih?"tanyaku
"Papa sudah selesai urusan bisnisnya, papa pulang tadi pagi. Dan, kami memang sengaja merencanakan ini semua"terang Mama
"Dan, maaf ya Rel, kami emang sengaja bikin kamu jengkel dan kecewa, di hari ultahmu. Hehe, sori deh"kata Fara dan Rara.
Aku sangat senaaaaang sekali. Ini adalah ultahku yang paling sempurna. Apalagi, aku lega. Karena, Fara dan Rara tetap menanggapku sebagai sahabat mereka.
"Eh, kue nya belum dimakan loo"kata Kak Hani
Aku pun meniup lilin yang berada di atas kue, dan memotongnya. Setelah itu, kami memakannya dan colek colekkan krim kue. Hahaha. Aku puas sekali. Tepat jam 4 sore, teman temanku pulang. Aku dan keluarga membereskan semuanya. Setelah selesai, aku membuka kado dari semua orang.
Dari Mama, aku mendapatkan gaun berwarna pink pucat dengan pita sebagai hiasannya. Dari Papa, aku mendapatkan sepatu. Dari Kak Hani, aku mendapatkan 2 buah novel KKPK, Dari Fara, aku mendapatkan tas yang bagus sekali. Dan dari Rara, aku mendapatkan sebuah jam tangan berwarna pink. Aku senang sekali.
Terimakasih Sahabatku, dan Keluargaku

Dan, aku menyertakan cerpenku.. :v

SELFIE.. SELFIE!!
Aku melongo melihat Kak Fayanna yang udah mulai ketularan virus selfie. Hampir setiap saat dia selalu selfie. Kalau aku periksa galeri hp nya, wah, penuh banget dengan fhoto-fhoto yang alay banget.
"Iih, Kak Fayanna alay!" seruku ketika melihat isi hp kak Fayanna.
"Biarin," jawabnya cuek.
"Ya udah. Aku keluar dulu ya kak," pamitku.
Kak Fayanna hanya menggangguk. Sorot matanya masih tertuju pada layar hp. Tak lama setelah aku keluar, Kak Fayanna kembali selfie dengan riang.
*SKIP*
Virus selfie ternyata tidak hanya tertular pada Kak Fayanna. Sahabat-sahabatku juga tertular. Apalagi Orchidtha. Dia bisa saja kujuluki sebagai ratu selfie di sekolah.
"Ken, selfie yuk!" ajaknya saat jam istirahat sekolah.
"Hmm... malas, ah," Aku menolak dengan halus.
"Sekali aja deh," pintanya memelas.
"Hmm... gimana ya?" Aku berpikir sejenak,lalu menjawab, "Baiklah. Sekali ini saja ya."
"Siip!"
Orchidtha mengeluarkan handphone kesayangannya. Warnanya biru bermotif doraemon.
"Ciis!"
Orchidtha bergaya alay sambil menunjukkan gaya 'peace'. Sementara itu, aku hanya tersenyum. Jujur saja, aku jarang sekali selfie.
Saat melihat hasil selfie tadi, Orchidtha berkomentar, "Ken, kamu kok enggak pake gaya siih!"
"Hihihi. Aku nggak suka selfie siih," jawabku.
"Ooh, begitu," kata Orchidtha.
Tak lama kemudian, waktu istirahat pun usai. Kami segera masuk ke kelas.
*SKIP*
Sepulang dari sekolah, aku langsung masuk ke kamar. Alangkah terkejutnya aku, ketika melihat Kak Fayanna ada di kamarku. Ternyata, dia sedang selfie.
"Kakak ngapain disini?" tanyaku.
"Eh, Ken udah pulang. Kakak mau selfie doang kok. Pemandangan disini bagus siih," jawabnya.
"Iiiih, keluar sana. Aku mau ganti baju niih," kataku.
"Tapi kita selfie dulu ya Ken!" pinta Kak Fayanna.
"Sekali aja ya," kataku.
"Iya,"
Kak Fayanna mengambil handphone dari saku celananya. Lalu dia berkata,"Ceklis!" Kak Fayanna sungguh alay. Aku? Seperti tadi, aku hanya tersenyum biasa.
"Ken? Kok kamu hanya senyum doang sih?" kata Kak Fayanna.
"Banyak komentar. Udah buruan keluar!" jawabku sambil mendorong tubuh kak Fayanna keluar dari kamarku.
*SKIP*
Malam ini dingin sekali. Setelah shalat 'Isya, aku ngecak buku pelajaran besok. Apakah ada pr atau nggak? Ternyata tidak ada pr. Aku pun berniat untuk tidur.
Namun, mataku terasa belum ngantuk. Aku mengambil handphone ku. Aku memainkan game fruit ninja kesukaanku.
Lima menit kemudian..
"Bosan ah main ini terus!" kataku.
Tiba-tiba, aku merasa seperti ada iblis yang merasuki tubuhku dan terus menyuruhku untuk selfie.
"Coba aja deh,"
Mula-mula aku selfie dengan gaya senyum-seperti biasanya-. Tiba-tiba, aku mendapat ide untuk selfie seperti gaya kak Fayanna. Aku pun kembali selfie.
"Imutnya aku," kataku sambil senyum-senyum sendiri.
Akhirnya, aku tertular penyakir selfie riang.
*SKIP*
Di sekolah, aku tidak canggung lagi apabila selfie bareng sahabat-sahabatku, apalagi sama Orchidtha.
"Chid, selfie yuk!" ajakku.
"Yuk!" jawabnya.
*SKIP*
Hari ini adalah hari Minggu. Aku berniat untuk jalan-jalan pagi bersama Kak Fayanna sambil mengisi waktu luang kami.
"Sebelum jalan-jalan, selfie yuk!" Hobi selfie ku udah mulI kambuh lagi.
"Hm... boleh!" jawab Kak Fayanna.
Ciiis! Gedebuuuk!
"Aduuuh!"
Aku dan Kak Fayanna menabrak seorang anak yang sedang jalan-jalan pagi juga. Karena kecelakaan kecil ini, kami jadi gagal selfie.
"Hmm... Maaf ya," kataku meminta maaf sambil menjulurkan tangan kepada gadis itu.
Gadis itu menoleh kepadaku, ternyata dia...
"Orchidtha?!" pekikku.
"Ih, Ken rupanya. Jalan kok enggak ngeliat-liat siih," katanya ngambek.
"Enggak sengaja Chid!" kata Kak Fayanna membelaku.
"Iya, betul," kataku.
"Nggak sengaja.. Nggak sengaja.. Kakiku jadi luka karena kalian menabrakku!" katanya marah.
"Maaf dong Chid," pintaku sambil menjulurkan tangan.
Orchidtha memukul tanganku. Lalu dia berlari meninggalkanku.
"Chid!" aku berteriak kencang sekali memanggil namanya.
Orchidtha tak menoleh. Oh, aku merasa bersalah sekali padanya.
*SKIP*
"Kak, ayo, buruan!" kataku kepada Kak Fayanna.
"Tunggu sebentar," katanya.
Kami segera berlari mengejar Orchidtha. Saat di persimpangan jalan, Orchidtha menghilang. Kami tak melihat lagi arahnya berlari.
"Aduuuh... Orchidtha nya kemana?" tanya Kak Fayanna.
"Emang kakak kira aku tahu?" kataku.
Kak Fayanna mengangkat bahunya.
"Gini aja. Kakak cari ke kiri. Aku cari ke kanan. Gimana?" Aku mendapatkan sebuah ide cemerlang.
"Baiklah," jawabnya.
Kami pun berpisah. Aku mencari Orchidtha ke taman. Di kursi taman, ada seorang anak yang sedang menangis.
"Itu dia!" pekikku. Aku menghampiri anak tersebut.
Setelah menghampirinya, yang aku jumpai bukan Orchidtha. Melainkan seorang anak kecil yang sedang menangis karena es krim terjatuh.
"Maaf ya Dek," kataku meminta maaf. Aku lalu meninggalkan anak itu dan segera mencari.
*SKIP*
Di tempat lain...
"Itu Orchidtha!" Kak Fayanna berteriak ketika melihat Orchidtha yang sedang duduk sendirian di warung Bu Netty.
*SKIP*
"Aku harus segera menelpon Ken," kata Kak Fayanna pada dirinya sendiri.
*SKIP*
"Halo, Kak? Udah ketemu Orchid nya ya?" kataku di telepon.
"Iya. Kakak ngeliat Orchid lagi makan es di warung Bu Netty.."
"Oh disana! Aku segera kesana kak!"
"Iya,"
Sambungan telepon pun terputus. Aku ssgera berlari menuju warung Bu Netty yang tidak terlalu jauh dari taman ini.
*SKIP*
Sampai! Aku sampai di warung Bu Netty! Namun aku tidak menemui Kak Fayanna. Mataku menerawang mencari si Ratu Selfie di rumahku itu. Oh! Dia sedang bersembunyi di balik pohon jambu.
Aku berlari menghampiri Kak Fayanna.
*SKIP*
"Chid, aku minta maaf ya," kataku kepada Orchidtha. Namun dia tak menghiraukannya.
"Kami janji deh. Kalau kamu mau mau maafin kami, nanti kami bayarin deh itu es!" kata Kak Fayanna.
Aku hanya mengangguk menyetujui ucapan Kak Fayanna.
Orchidtha menoleh, "Beneran nih?" tanyanya.
"Heeh," kataku mengangguk.
"Baiklah. Aku maafin kalian deh," kata Orchidtha sambil tersenyum manis. Iiiih, imut banget deh!
"Eh, selfie dulu yuk!" kata Kak Fayanna.
"Yuk!" teriakku dan Orchidtha kompak.
Kami pun akhirnya selfie riang. Dengan sering-sering selfie, persahabatanku dengan Orchidtha menjadi tambah erat. Hahaha. Kami berjanji, takkan bertengkar lagi!

---

TERIMAKASIH!!

1 komentar: